Selasa, 25 Januari 2011

MENGENANG ALMARHUM GURU ROFI'IE

Namanya Ahmad Rofi’ie yang lahir dari pasangan H. Akhyar  bin H. Imung bin H. Sholihun dan HJ. Rohmanih binti nuar bin H. Minar. Kami memanggilnya guru Rofi’ie. Orangnya gemuk dan sehat. Suka bercanda tapi juga gampang marah. Jago bahasa Inggris dan mengerti psikologi. Dia juga pembina pramuka yang hebat, selain mengajar beliau juga bisa dibilang olahragawan sejati, karena hampir semua cabang olahraga beliau kuasai. Tulisan ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa beliau sebagai guru, (yang mungkin sudah hampir pudar dari ingatan), sekaligus nostalgia selama bersamanya. Juga untuk mengenalkan kepada adik-adik santri yang mungkin tidak pernah bertemu dengan beliau.



Kuliah dan Aktifis Organisasi

Guru Rofi’ie, (begitulah kami memanggilnya), semasa mudanya beliau adalah aktivis organisasi. Waktu kuliah di Universitas Ibnu Chaldun, yang kampusnya ada di bilangan Senen-Jakarta Pusat, beliau tinggal di asrama Pelajar Islam Indonesia (PII), yang terletak di Jalan Menteng Raya 58, Jakarta Pusat (bersebelahan dengan kantor Pusat Muhammadiyah Jakarta). Buat yang belum kenal PII, organisasi ini seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). PII dan HMI dulu menjadi organisasi terbesar di kalangan pelajar dan mahasiswa Islam. Terkadang diantara keduanya terjadi kepengurusan yang sama, karena menganut idealisme dan ideologi yang sama. Mereka juga sering disebut sebagai “anak-anak Masyumi”, partai Islam terbesar jaman 50-60an.
Ketika PII dan HMI rame-rame berdemo menuntut pembubaran PKI pada tahun 1966, Rofi’ie tidak ketinggalan. Maklumlah ia termasuk pengurus PII wilayah Jakarta Raya, yang meliputi Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Subang dan Purwakarta. Ia pernah cerita tentang bagaimana ia harus menyelamatkan diri bersama rekan-rekan demonstran ketika tentara mulai tidak sabar dan menembak para demonstran. Sehari kemudian ia mendengar Arief Rachman Hakim (HMI) dan Ichwan Ridwan Rais (PII) tewas diterjang peluru. Kematian kedua mahasiswa di tangan tentara inilah yang kemudian menyulut demonstrasi dimana-mana dan terus-menerus yang akhirnya berujung Supersemar dan lahirnya Orde Baru.

Bisa jadi karena suasana politik yang tidak menentu dan atau juga karena keterbatasan biaya, Rofi’ie harus kembali ke kampung ujungmalang yang kini ujungharapan tanpa bisa menuntaskan kuliahnya. Tetapi ia tidak putus asa sampai disitu. Ia terus menambah wawasannya dengan membaca, terutama bahasa Inggris. Kemampuannya dalam bahasa Inggris inilah yang membuatnya dipanggil oleh KH. Noer Alie. Ia diminta untuk mengajar para siswa agar mereka juga tidak ketinggalan dalam bahasa Internasional itu, selain bahasa Arab yang sudah dikembangkan sebelumnya. Dan setiap kali KH. Noer ‘Alie menghadiri taklim, beliau selalu mengumumkan kepada masyarakat bahwa  diAttaqwa sudah ada guru Bhs Inggris. (karena dulu belum ada satupun guru yang bisa menguasai itu).


Bahasa Inggris

Yang kami tidak pernah lupa dari beliau adalah Bahasa Inggris. Semua lulusan pondok pasti mengakui mereka bisa pinter bahasa Inggris dari guru kita ini. Kombinasi penguasaan materi dan cara mengajar yang tegas ditengarai menjadi faktor utama para siswa jadi rajin belajar bahasa Inggris. Pokoknya jangan pernah berani masuk kalau belum mengerjakan PR. Taruhannya adalah kaki yang pegal gara-gara berdiri menghadap tembok selama jam pelajaran. Atau baju yang basah kuyup karena disiram air minum yang biasa disediakan di depan mejanya. Pernah telapak tangan seorang siswa disundutnya dengan rokok gara-gara tidak hafal vocabulary yang diajarkan di kelas sebelumnya.

Anehnya, tidak ada satupun siswa yang kemudian merasa dendam. Tidak seperti siswa sekarang yang suka ngeroyok gurunya. Atau main tuntut ke pengadilan. Dalam dunia pesantren, seperti tempat kami belajar dulu, guru adalah sumber ilmu dan sumber akhlaq. Jadi apapun yang dilakukan guru, kami percaya bahwa itu untuk kepentingan kami sendiri. Paling tidak, itulah yang kemudian saya fahami filosofinya dari literatur tentang pendidikan. Nampaknya karena keikhlasan beliau dan para siswanya dalam mempelajari bahasa Inggris, para siswa di pesantren kami malah cenderung jadi lebih sering mempraktekkan bahasa Inggris ketimbang bahasa Arab.


Kepandaiannya dalam bahasa Inggris juga diakui teman-teman seangkatannya. Konon beliau pernah kursus bahasa inggris dari Sutan Sulaiman, yang pada waktu itu bertempat di Tanjung Priok-Jakarta Utara, Sutan Sulaiman adalah pengarang buku “Sistem 60 jam” yang sangat populer tahun 1960-70an. Bahkan menurut cerita teman-temannya, Rofi’ie adalah satu dari sedikit orang yang sangat menguasai buku itu, sehingga Sutan Sulaiman sangat sayang padanya.

Kepala sekolah yang tekun dan bertanggungjawab

Setelah pulang ke kampung halaman dan dipanggil oleh KH. Noer ‘Alie, beliau tidak hanya mengajar bahasa inggris saja beliau juga dipercaya memimpin Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) selama puluhan tahun. Selama itu nyaris tidak ada masalah yang terjadi, baik dalam administrasi maupun kesiswaan. Nampaknya pengalaman di organisasi ketika masih jadi pelajar dan mahasiswa sangat berperan disini.

Salah satu hal yang sulit diikuti guru-guru adalah ia hampir mengenal setiap siswa di sekolahnya. Dan itu merupakan kiatnya dalam mendidik para siswa. Menurutnya, jika ingin anak itu merasa diperhatikan, seorang guru harus mampu menghafal nama setiap siswa di kelas yang diajarnya. Tidak heran jika kenangan setiap siswa dengannya tidak akan pernah hilang. Bisa jadi karena tegasnya, atau yang lainnya. Tapi setiap siswa pasti merasa bahwa ia dikenal olehnya.

Perhatiannya kepada siswa semakin kuat ketika mereka berada di kelas III Tsanawiyah. Seolah-olah ia ingin memastikan lulusan Tsanawiyah benar-benar siap untuk menghadapi tingkatan sekolah di atasnya, atau jika para siswa itu kembali ke masyarakat. Maka tidak heran jika ia terkesan “memanjakan” para siswa kelas III, dengan memberikan fasilitas lebih kepada mereka. Bahkan ia sering meminjamkan motornya kepada anak-anak untuk digunakan keperluan sekolah.

Pembina Pramuka

Rofi’ie juga pembina pramuka aktif. Ia sangat memperhatikan kualitas pembinaan dan jaringan. Pondok kami, Attaqwa, memang terletak di kampung. Tepatnya di kampung Ujungharapan, Desa Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Tapi Attaqwa memiliki lebih dari 40 cabang di kecamatan sekitar, bahkan sampai kota Bekasi (Pekayon). Setiap tahun di pondok pesantren kami ada program yang disebut Pekan Isra Mi’raj, dimana seluruh cabang akan mengirim utusan pramuka dan melaksanakan perkemahan disitu. Berbagai acara digelar, mulai dari Lomba ke-Pramukaan, musabaqah tilawatil Quran, lomba qasidah sampai pertandingan sepakbola.

Disaat seperti ini, Guru Rofi’ie biasanya yang paling sibuk. Seringkali ia terlihat mondar-mandir di sekitar tenda peserta. Atau berkumpul dengan para pembina yang datang dari cabang-cabang. Apalagi pada pertengahan tahun 1983, ketika para pramuka tingkat penegak mulai dikirim untuk membina pramuka di cabang-cabang. Informasi cabang-Pusat semakin lancar dan ikatan mereka semakin kuat. Sejak saat itu perkemahan gabungan tidak saja dilakukan saat peringatan Isra Mi’raj di pondok pesantren pusat. Tapi juga di cabang tertentu, bahkan daerah lain.

Di jamannya pondok Attaqwa pernah mengadakan Kursus Mahir Dasar, semacam kursus sertifikasi untuk para pembina pramuka. Kursus ini biasanya hanya mampu dilakukan oleh institusi pramuka setingkat kwartir cabang (tingkat kabupaten). Di dunia pesantren, hanya Pondok Modern Darussalam, Gontor yang mampu melakukannya karena Gontor sendiri adalah Kwartir Cabang Khusus, dimana kwartir rantingnya adalah asrama, dan gudep-gudepnya adalah kelas-kelas di sekolah. Dari kursus yang dilakukan ini berkembanglah pola pembinaan yang tertib, yang menjadi panduan seluruh cabang pesantren.

Kehidupan yang sederhana

Meski dia anak satu-satunya, kehidupannya sederhana bahkan bisa dibilang pas-pasan. Rumahnya terbuat dari kayu dan berlantai tanah, khas rumah penduduk kelas menengah ke bawah di kampung itu. Mungkin satu-satunya harta yang terasa mewah adalah skuter “vespa” birunya, yang sering terlihat dipakai untuk keperluan sekolah oleh murid-muridnya. Konon rumah dan sawah yang dimilikinya pun diperoleh dari warisan orangtuanya.

Di waktu senggang dia sering terlihat mengolah tanah di depan dan samping rumahnya untuk ditanami pohon singkong atau ubi. Dia juga pernah mendirikan warung di depan rumahnya (‘bukan disekitar sekolah’) untuk tambahan penghasilan.

Dia juga anggota masyarakat yang aktif. Pada malam-malam tertentu mengisi pengajian remaja dan anak-anak di mushalla lingkungannya yang bernama Nurul Huda. Karena itu ia pernah dipercaya untuk untuk memimpin mushalla ini menggantikan ketua musholla yang lama yang mana pada waktu itu ketua mushollanya telah wafat.

Wafat

Kebiasaan merokok nampaknya membuat kesehatannya sering terganggu. Kami ingat betul rokok favoritnya adalah ”Commodor” dan “Djarum” coklat. Akhirnya pada hari minggu tanggal 18 agustus 1992 jam 02.00 siang ba’da sholat dzuhur beliau tidur dikamar setelah selesai memotong rumput disamping rumah, kemudian beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan kondisi tersenyum (Subhanalloh). Umurnya saat itu 54 tahun. Ia meninggalkan seorang istri “ HJ.Nurlailah binti H. Abd. Malik bin Sa’ari” yang meninggal pada hari selasa tanggal 11 september 2004 dan 8 orang anak, 7 laki-laki dan 1 perempuan. Seperti tertera dibawah ini :

M. Iqbal Rofi’ie
Menikah dengan Siti Masyitoh pada tahun 2003 M. dan sudah dikaruniai 2 orang anak, 1 laki-laki 1 perempuan.

M. ‘Afif Rofi’ie
Menikah dengan Siti Rosyidah pada tahun 2006 M. sudah dikaruniai anak 1 orang perempuan.

Irhamni Rofi’ie
Belum menikah, sekarang berstatus PNS dan bertugas di SDN Sejahtera Sektor V PUP.

M. Zahir Rofi’ie
Menikah dengan Febi Anggraeni pada tahun 2007 M. dikaruniai 1 orang anak laki-laki.

Saiful Anwar Rofi’ie
Belum Menikah

M. Za’im Rofi’ie
Sekarang menjadi Staff Sekretaris Yayasan Attaqwa Pusat

Siti Humairoh Rofi’ie
Kuliah di STAI Attaqwa

‘Azmi Hakim Rofi’ie
Masih sekolah tingkat aliyah di Pon-Pes Attaqwa Pusat Putera


Guru Rofi’ie memang hanya “salah seorang” dari sekian banyak guru yang kita kenal. Tapi kita tidak tahu bagaimana nasib bahasa Inggris para santri waktu itu, jika beliau tidak ikhlas serta tekun dan tegas dalam mengajarkannya.

Thank you Guru. It is unimaginable that without you we can be familiar with this language. And with the world too.

Diambil dari Blogger-Attaqwa
Diposkan oleh Cecep MH di 03:44
Label: Refleksi
Dilengkapi oleh M. Za’im Rofi’ie

1 komentar:

  1. Toko rina farma berkah ,cuci gudang untuk kebuthan sehari2 dalm. kehormanisan dalm Berkeluarga anda semua Jual;puS AT OBAT KUAT & ALAT BANTU PRIA/WANITA••
    CALL:
    085943777878/

    PIN:5D1FC21C
    *obat kuat sex
    *Pembesar penis permanen
    *Perangsang wanita
    *vibratos Penis
    *Penis maju mundur
    *Vacum Pembesar Payudara
    *Vibrator Vagina
    *Boneka full body asli JEPANG
    *macam2 kondom
    *Pelangsing Badan
    Bada*Pengemukn
    *Peninggi Badan
    *Penghilang bekas luka
    *Pemutih wajah
    *Penghilang tato
    *Pemutih gigih
    LINK WWW.VIMAX-SOLO.COM

    BalasHapus